Ada yang mengatakan bahwa jomblo adalah pilihan,
tapi ada juga yang mengatakan jomblo adalah nasib, mana keduanya yang benar?
Tentu saja keduanya sama-sama benar dilihat dari sudut pandang masing-masing
orang. Kok bisa? Bisa ajah begini penjelasanya, aku punya temen, dia ingin
sekali punya pacar tapi sampai sekarang belum punya pacar. Ini kalau menurut
kalian Nasib atau pilihan? Hehe bercanda, jangan baper, kata orang tulang rusuk
gak bakalan ketuker, paling Cuma patah. aku
juga punya temen yang sudah punya pacar tapi karena merasa kurang cocok
akhirnya dia putusin. Kalau yang ini nasib atau pilihan? Sampai disini kalian
bisa memberi kesimpulan sendiri
Terlepas dari jomblo atau tidak semua orang pasti
menginginkan ada pernikahan dihidupnya, betul gak? Kalau gak betul, berarti
kamu gak normal. Pacaran sebenarnya boleh-boleh saja tentunya dengan
batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Misalkan berhubungan badan layaknya
suami istri. Bahkan pacaran yang baik bisa dijadikan sarana latihan kita untuk bisa menghargai pasangan
masing-masing. Tapi pacaran kayak gini kayaknya gak ada, hehe. Ingat yah
pacaran tidak sama dengan menikah, pacaran tidak harus memiliki.
Dalam pacaran banyak sekali perbedaan, karena
memang laki-laki dan perempaun diciptakan berbeda mulai dari bentuk fisik,
emosi, gaya pakaian dan lain sebagainya tujuannya adalah agar laki-laki dan
perempuan bisa saling melengkapi satu sama lain, kalau kata orang bijak tidak
ada makhluk yang sempurna di dunia ini. hehe.
kita ambil contoh kecil misalkan saja dari
warna, kebanyakan cewek pasti suka warna agak lembut seperti warna pink, ungu
muda, hijau muda dan warna feminim lainya sedangkan cowok suka warna gelap,
seperti hitam, merah tua, biru tua dan lain sebagainya, perbedaan seperti ini
bisa menimbulkan masalah jika kita tidak saling menghargai, seumpama laki-laki
sama ceweknya disuruh memakai baju warna pink apakah cowoknya mau? Dan dari hal
sekecil ini kita bisa belajar untuk saling mengerti sebelum ke jenjang
pernikahan.
Orang yang belum menikah memandang pernikahan
layaknya melihat gunung dari jauh, memilki pemandangan indah menyejukkan mata,
setiap orang pada umumnya ingin berada disana, menikmati indahnya pemandangan.
Tapi bagaimana jika kita dekati gunung itu, banyak sekali rintangan yang harus kita hadapi, binatang
buas, jalan menanjak, jurang, dinginnya angin malam, yang membuat tulang
seeperti ditusuk – tusuk, belum lagi jika terjadi tanah longsor atau gunung
meletus itulah ujian yang harus dihadapi oleh seorang pendaki, akan tetapi ketika
mereka sampai pada tujuan, semua rintangan yang telah dihadapi akan terbayarkan
dengan keindahan pemandangan diatas sanah.
Normalnya orang menikah pasti akan bercerai,
menurut rumus orang pacaran diatas, perbedaan pendapat adalah masalah yang sering
terjadi, misalkan suami ingin A dan istri ingin B, tapi ada beberapa alasan
mengapa mereka tetap mempertahankan pernikahan,
Pertama, orang yang menganggap pernikahan itu
suci disaksikan Tuhan dan termasuk perintah agama, mempermainkan pernikahan
sama saja mempermainkan agama, orang tipe seperti ini adalah orang yang akan menjaga
dan mempertahankan pernikahanya, walaupun
banyak perbedaan atas keduanya.
Kedua karena anak, orang tipe seperti ini akan
lebih banyak menghabiskan waktu dan perhatianya hanya untuk anaknya sehingga mereka
tidak lagi meperhatikan istri atau suamnyai. Hubungan terasa hambar dan kaku.
Ketiga karena uang, tipe orang seperti ini
adalah tipe orang yang paling rugi
karena menurutnya kekayaan dapat membuat dia bahagia, dia tidak tahu bahwa
harta bisa saja habis dalam sekejap, dia mempertahankan hubungannya hanya
karena materi, tapi jika materinya sudah habis mereka akan meninggalkan
pasanganya
Kok gak ada yang mempertahankan pernikahan karena cinta, yang
bertanya seperti ini pasti kalian yang belum menikah? Begini adek-adekku. Adeku
benar, bahwa pada saat pertama kali menikah itu hampir semua orang menikah karena
cinta, meskipun ada beberapa karena dipaksa. Kita ambil normalnya saja, pada
mulanya memang karena cinta tapi pada saat menjalani pernikahan, bukan lagi
cinta yang kita utamakan tapi tujuan. Ingat tadi rumus mendaki gunung, tujuan
adalah sampai puncak menikmati pemandangan. Sedangkan pernikahan tujuan
normalnya adalah punya keturunan, harta melimpah, keluarga harmonis.
Kembali ke tujuan pernikahan, untuk mencapai itu
semua gak akan gampang, kalian harus menghadapi beberapa ujian, seperti
tetangga yang suka pamer, teman yang iri, mertua galak, dan yang paling berat
adalah masalah ekonomi. Disini kebanyakan kesetiaan suami atau istri diuji,
jika tidak kuat melewati ujian ini mereka akan lari ke perselingkuhan dan
berakhir dalam perceraian.
Terus bagaimana untuk menghadapi ini, kuncinya
adalah ganti tujuan pernikahan, karena tujuan pernikahan itu akan membuat
kalian berat untuk berjalan bersama-sama dan ganti dengan tujuan hidup. Apa
bedanya tujuan pernikahan dan tujuan hidup?, tujuan pernikahan terjadi karena
ego seseorang yang ingin menguasai materi sebanyak banyaknya, sedangkan tujuan
hidup adalah usaha seseorang untuk mencari bekal di kehidupan selanjutnya tanpa
mengabaikan kehidupan hari ini. Menafkahi adalah kewajiban sehingga dia tidak
terjebak oleh kesenangan semu.
Untuk para istri biasanya paling tidak sabar
dalam urusan ekonomi, menuntut suami untuk berpenghasilan lebih, seringkali
mengucapkan kata kasar dan tidak pantas, bahkan yang paling sedih adalah
meminta bercerai, mereka tidak tahu bahwa Alloh Subhanahu Wataala telah
menggariskan sebesar itu rizkinya. Kecuali jika suami lontang – lantung kesana
kemari tidak jelas, itu wajib bagi istri meminta cerai, percayalah kepada suami
yang taat beribadah secara benar, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk
membahagiakanmu dalam segala kondisi, yang harus kamu lakukan adalah berdoa
untuk suamimu dan bersabar.
Untuk kalian jomblowers carilah suami atau istri
yang menjalankan perintah agama dengan baik, maka kalian akan mudah melalui
rintangan itu dan menemuikan tujuan hidup bersama. Karena agama adalah kunci,
didalamnya terdapat berbagai cara untuk menjalani kehidupan yang baik dan benar,
ketika orang membuang agamanya berarti dia telah membuang jalan hidupnya.
Terus bagaimana kalau yang sudah menikah? Tapi
kurang taat dalam beragama? Mulailah belajar agama kepada guru yang tepat,
bukan guru yang ceramah di tv, atau dai bayaran. Berdoalah dengan tulus, kalian
pasti menemukanya. Orang baik akan selalu satu frekwensi dengan orang baik
lainya. Jadi jangan kuatir.
Save your religion that is save your family
Sae...
ReplyDeletehmmm
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete