![]() |
Assalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh
Suatu hari disebuah negri terdapat seorang anak laki-laki yang sholeh dan berbakti kepada kedua orang tuanya, hari berjalan sebagaimana biasanya hingga dia beranjak dewasa, singkat cerita dia menikah dengan seorang gadis pujaan hatinya, laki-laki itu bernama Alqomah, setelah menikah kini ia harus membahagiakan keluarganya teruma istrinya, perhatianya yang selama ini hanya focus kepada kedua orang tuanya kini ia harus bagi dengan istrinya. Hal ini sangatlah lumrah dalam hal rumah tangga.
Suatu ketika Alqomah ingin memberikan hadiah kepada istri dan ibunya, sebuah baju yang terbuat dari kain sutra dan kain biasa, niat Alqomah ingin memberikan baju sutra kepada istrinya dan baju biasa kepada ibunya.
Alqomah pun memberikan hadiah tersebut berupa bingkisan kepada ibu dan istrinya, ketika bingkisan tersebut dibuka alangkah bahagianya ibu Alqomah melihat baju yang sangat bagus tersebut lebih-lebih dari kain sutra sedangkan istrinya ketika dia membuka bingkisan hanya terdiam dan merasa kecewa melihat baju biasa yang diberikan oleh suaminya.
Melihat hal itu Alqomah terkejut kaget dan meminta ibunya untuk memberikan baju sutra tersebut kepada istrinya, karena menurut Alqomah, dia salah memberikan bingkisan itu buat ibunya, baju yang di pegang ibunya itu seharusnya punya istrinya dan sebaliknya. Tiba-tiba muka ibunya langsung berubah, dari semula sumringah kini datar tanpa ekspresi terlihat sangat kecewa didalam hatinya. tapi walaupun demikian ibu Alqomah akhirnya memberikan baju itu kepada istrinya.
Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun begitu seterusnya, hingga akhirnya Alqomah jatuh sakit parah, tapi anehnya Alqomah seperti sangat susah untuk mengucapkan kalimat tauhid, seperti ada sesuatu yang sangat mengganjal di tenggorokanya. Melihat hal itu istri Alqomah kemudian pergi menemui Rosululloh Sollallohu Alaihissalam, ia menceritakan keadaan suaminya, kemudian beliau bertanya, “apakah Alqomah masih punya orang tua” istrinya menjawab “masih ada ya Rosul, tinggal ibunya saja yang sudah tua renta” kemudian Rosululloh menyuruh sahabat untuk menemui ibunya.
Tidak lama sampailah ibu Alqomah dihadapan Rosululloh, kemudian beliau bertanya “bagaiamana dengan Alqomah?” ibu Alqomah “sungguh ia adalah anak yang baik, ibadahnya rajin, puasa, dan zakat”, “lantas mengapa bisa seperti ini” Tanya nabi, ibu alqomah “sungguh ia telah aku kandung selama sembilan bulan, saat ia melahirkan ia aku susui, memeberikan nafkah hingga dewasa, tak pernah aku menghitung-hitungnya hingga saat dewasa ia telah menyakiti hatiku,” kemudian ibu Alqomah menceritakan panjang lebar mengenai baju sutra itu kepada Nabi, ibunya bersumpah tidak akan memaafkanya.
Singkat cerita, Rosululloh menyuruh sahabatnya untuk mengumpulkan kayu bakar, untuk membakar Alqomah, daripada ia tersiksa seperti itu, mendengar perkataan beliau ibu alqomah menangis meminta Rosululloh tidak membakar anaknya, “meskipun begitu itu adalah darah dagingku” timpal ibu alqomah. Ibu alqomah pun memaafkan nya dan mengikhlaskanya. Hingga akhirnya alqomah bisa berucap kalimat tauhid dan meninggal dunia secara khusnul khotimah.
Kisah ini mungkin tidak asing lagi ditelinga kita, tentang kisah Alqoma sahabat Nabi dan ibunya, tapi apakah kita tidak pernah berfikir kalau kita adalah Alqomah dizaman modern.
Inti dari kisah diatas bukanlah mengenai baju sutra melainkan mengenai sakit hati yang dialami seorang ibu karena perbuatan anaknya. Waktu cerita ini kita baca atau kita dengar seringkali kita merasa perbuatan kita tidaj seperti itu kepada kedua orangtua, bahkan kita merasa jauh lebih baik dari perbuatan itu.
Tapi jikalau kita pikirkan sejenak, berapa banyak perbuatan yang menyakiti hati kedua orang tua kita seperti berkata kasar, pergi tanpa pamit, pulang malam, tidak pernah memeberi kabar saat diperantauan, dan masih banyak lagi perbuatan lainya yang kalian bisa tafsirkan sendiri.
Tapi anehnya ketika mendengar kisah ini seringkali, kita memberi kesimpulan bahwa Alqomah orang buruk, percuma ibadah dan sebagainya, kita tidak sadar bahwa Alqomah sudah mendapat ridho dan keikhlasan dari ibunya, dan dipastikan beliau Alqomah masuk surga, karena ibadahnya dan ridho orang tuanya sudah dia dapatkan.
Sedangkan kita enteng saja mendengar kisah ini, tak pernah berfikir untuk meminta maaf, atau meminta ridho kepada orang tua sampai mereka meninggal dunia.
Perlu digaris bawahi kisah diatas bukanlah tentang bagaiamana memilih membahagiakan orang tua ataupun istri, akan tetapi lebih kepada perbuatan seorang anak yang menyakiti hati ibunya.
Untuk pembahasan bagaimana seharusnya sikap seorang suami, lebih memprioritaskan istri atau orang tua, kita akan bahas di pertemuan berikutnya
Itulah sekelumit kisah tentang Alqomah yang bisa dijadikan pelajaran, bisa jadi cerita itu adalah cerita kita dimasa sekarang tapi kita belum tersadar.
Semoga bermanfaat, dan selalu tebarkan senyuman
Wassalamualaikum Warohmatullohiwabarokatuh
Comments
Post a Comment