illustrasi |
Pada tahu 90-an banyak cerita mistik, didaerah jawa, meskipun sampai sekarang masih ada, tapi pada zaman dahulu sangat kental, entah mengapa ketika kami berkumpul dan bercerita, ujung-ujungnya pasti cerita hantu,
Banyak yang percaya bahwa hantu itu ada, namaku Ihsan dan temanku Rahmat kami berdua menjadi korban kakak kami yang sudah dewasa, berbekal cerita mistis bohongan kami berdua berhasil diperdaya, mungkin untuk bercanda-candaan ala zaman dahulu, atau mungkin jika cerita itu berada dizaman sekarang sudah tidak relevan.
Sepulang sekolah biasanya kami berkumpul di pos ronda sebelum bermain, kebetulan aku dan Rahmat anak paling kecil waktu itu, umur 10 tahun sedangkan yang lainya berumur lima belas tahun, saat kami sampai di pos ronda ternyata disana sudah banyak kakak-kakak kami yang sedang asyik mengobrol, tertawa-tawa.
Kak zul, orang yang paling pandai bercerita, biasanya dia yang membuat suasana menjadi ramai, kak zul bercerita bahwa semalam dia melihat tuyul sama kakak-kakak yang lain. Kami mendengarkan secara seksama, tapi anehnya saat bercerita kakak kakak kami tidak merasa ketakutan akan tetapi malah tertawa terbahak-bahak.
Aku dan Rahmat hanya diam dan menyimak, tiba-tiba…
“san, mau lihat tuyul gak?” Tanya kak zul ke aku
“tuyul emang bisa dilihat kak” jawab aku penasaran
“ya bisa, toh, tapi kamu berani gak?” Tanya kak zul sambil ngeledek
“berani kak, tapi sama Rahmat yah kak?” sahutku
“gimana mat?” Tanya kak zul lagi
“berani lah, kan aku laki-laki, masak takut sama setan” jawab Rahnat penuh semangat
Sebenarnya aku deg-degan, antara berani dan tidak, tapi sudah terlanjur bilang berani.
“yaudah, entar malam kita kerumah kosong dekat masjid, sehabis solat isya’, jangan lupa bawa minyak goreng bekas, piring dari seng, lampu minyak, korek api, sama bunga kenanga” minta kak zul untuk dibawa malam nanti
“untuk apa kak Zul?” Tanyaku
“udah, bawa ajah, buat syarat, kalau gak ada itu, tuyulnya gak bisa kelihatan” tegas kak zul
“oke kak” jawab kami kompak
Aku dan Rahmat kemudian mengumpulkan barang-barang yang dibutuhkan untuk acara nanti malam, setelah terkumpul semua, kami pulang kerumah masing-masing untuk mandi dan pergi mengaji.
Setelah mengaji Adzan isya’ berkumandang, tiba-tiba hati mulai dag dig dug, kami berdua kerumah kak zul sambil membawa peralatan yang sudah kami siapkan setelah sholat isya’
“Assalamualaikum” kami memberi salam di depan kak zul
“Walaikum salam” jawab kak zul singkat
“gimana kak?” Tanya Rahmat
“gimana apanya?” jawab kak zul lupa
“loh, tadi siang kan katanya mau lihat tuyul malam ini” Tanyaku
“oh iya lupa, emang kalian berani?” Tanya kak zul lagi sambil tersenyum kecil penuh arti
“berani lah” jawab kami bergantian
Kami bertiga langsung menuju rumah kosong yang dibicarakan tadi siang
“manah peralatanya” kak zul bertanya
“ini kak” jawab kami
“yaudah keluarkan semua, lampu minyak nyalain dulu, lalu piring diatasnya dikasih bunga, bawah piring dikasih minyak goreng bekas” kata kak zul menerangkan dengan semangat
Keadaan sangat mendukung sekali pada zaman itu, belum ada listrik, jadi cuman ada damar oblik (lampu minyak) kalau orang jawa bilang.
Dimulailah permainanya
“mata kalian ditutup dulu, jangan sampai terebuka sebelum kak zul bilang buka, oke?” Tanya kak zul meyakinkan
“siap kak zul” jawab kami berdua
Kami berdua memejamkan mata sambil mengikuti kak zul baca mantra
“setan gundul, setan gundul, setan gundul, mrinio, mrinio,mrinio” ucap kak zul dengan bahasa jawa dengan suara serak
Kami berdua langsung merinding mendengarnya, seakan mau lari tapi kami tetap memejamkan agar bisa melihat tuyul.
Setelah selesai baca mantra kami berdua disuruh meletakkan kedua telapak tangan didepan dada layaknya orang berdoa, kemudian tiba-tiba tangan kami terasa hangat.
tentu kami tidak tahu kenapa bisa hangat karena kami menutup mata, kemudian kak zul menyuruh mengusapakan kedua telapak tangan ke muka sampai tiga kali,
“awas jangan buka mata dulu, sebelum buka mata kalian harus berhadap-hadapan” seru kak zul
Ketika kami buka mata, kami langsung teriak menangis ketakutan, karena melihat sesosok manusia dengan muka hitam pekat dan penuh minyak, kami langsung lari ke tempat yang terang dan kak zul tertawa terbahak-bahak
Setelah sampai di tempat terang ternyata tuyulnya itu Aku dan Rahmat, kami berdua di kerjai sama kak zul, jadi sebelum kami mengusap muka tiga kali, saat tangan terasa hangat, itu adalah bagian bawah piring yang dikasih minyak goreng kemudian di panaskan diatas lampu minyak, jadi mukaku sama muka Rahmat hitam pekat plus berminyak kayak setan.
Pantas saja kak zul tertawa.. dan orang-orang yang melihat juga ikut tertawa, puas…
Comments
Post a Comment