Bagi yang belum membaca Nikah itu bukan melulusoal cinta bag.01 silahkan dibaca disini
Setelah istriku pergi membawa uang itu, akupun menjalani hidup layaknya orang pada umumnya, yang membedakan bahwa saat ini aku tidak bisa bekerja terlalu capek dan harus banyak istirahat untuk menjaga ginjalku agar tetap stabil.
Waktu terus berjalan, hari demi hari telah berlalu, bulanpun demikian, aku masih tinggal ditempat yang sama, Berita tentang mantan istriku sudah tidak terdengar lagi, terakhir kali aku mendengar bahwa ia dengan sahabatku telah menikah secara siri. akupun juga sudah tidak peduli lagi dan aku mulai menata hidup baru, meskipun sudah 2 tahun berlalu, aku masih belum menikah lagi.
Sekarang aku sudah tidak bekerja sebagai supir, karena kondisiku sudah tidak memungkinkan untuk bekerja berat, kegiatanku sehari-hari hanya berjualan minyak wangi dan pakaian muslim, Alhamdulillah meskipun untungnya tidak seberapa besar tapi cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Pagi itu keadaan langit seperti biasa, udara begitu sejuk dan langit agak sedikit berkabut, aku mulai merapikan barang daganganku dididepan kosan, setelah selesai merapikan barang – barang, aku duduk dan menghitung sisa uang jualan kemarin, tiba-tiba dari kejauhan aku melihat sebuah mobil jazz berwarna merah menuju kosanku “Sepertinya aku kenal dengan mobil itu, iyah benar itu mobilnya” ucapku perlahan dengan sangat yakin.
Sejurus kemudian keluarlah pemilik mobil itu yang tak lain adalah mantan kakak iparku, alias kakak mantan istriku, sambil tergesa-gesa ia datang kepadaku sambil menangis meminta maaf. Tanpa basa-basi dia memintaku untuk ikut denganya.
Aku berusaha menenangkanya
“mbak tenang mbak, ada apa? Tolong ceritakan pelan-pelan” pintaku
“Alifah de, dia kecelakaan” jawab mbak Erna
Akupun bingung apakah harus sedih atau tertawa, mengingat dia sudah menghianatiku.
“maksudnya bagaimana mbak” tanyaku lagi
“kemarin malem Alifa sama Joko suaminya, pulang dari Sleman dan tertabrak mobil truk, Joko meninggal di tempat sedangkan Alifa sekarang kritis di rumah sakit” terang mbak Erna sambil menangis
“ayo dek ikut mba sekarang” pinta mbak Erna lagi
“iyah mbak” jawabku
Kemudian aku merapikan barang daganganku dan ikut mbak Erna pergi ke Djogja.
Didalam mobil mbak Erna bercerita, bahwa dia disuruh Alifa mantan istriku untuk menemuiku, kemarin waktu dia masih sadar dia bercerita bahwa ia ingin mendonorkan ginjalnya ke aku. Alifa selama ini ternyata tahu kalau uang delapan puluh juta yang ia bawa kabur ternyata hasil menjual ginjalku, ia diberi tahu oleh temanku yang waktu itu ikut bersamaku saat pergi ke Jakarta.
Jadi waktu itu aku pergi ke Jakarta tidak sendirian, aku bersama temenku Anton, dan Anton yang bercerita ke mantan istriku. Karena dia kasihan denganku.
Pagi itu kami langsung pergi ke rumah sakit yang ada di Jawa tengah kemudian menemui mantan istriku sedang berbaring di ICU, tidak ada tanda-tanda bahwa dia akan sadar. Aku tidak tahu harus berbuat apa, antara senang atau sedih. Hatiku gunda gulana.
Apakah aku harus senang karena orang yang telah menghianatiku mendapatkan balasanya secara kontan atau aku harus sedih, tapi sebagai manusia yang masih punya hati nurani aku tetap merasa bersalah, ini terjadi mungkin karena doaku selama ini.
Satu hari setelah aku berada dirumah sakit, alifah meninggal dunia, dan ia telah mendonorkan ginjalnya padaku.
TAMAT.
Tulisan ini dibuat berdasarkan satu persen kisah nyata dan sembilan puluh sembilan persen kisah fiktif
Comments
Post a Comment