sebatang pohon yang telah lapuk
dari kejahuan tampak sebatang pohon yang telah lapuk termakan oleh usia, entah berapa lama batang pohon itu berdiri tegap disana, jikalau dilihat dari fisiknya batang pohon itu sudah berumur puluhan tahun atau bahkan ratusan tahun, tiada pokok batang pohon disamping kanan dan kirinya, dia hanya sendiri menunggu kehancuran.
saat kudekati batang pohon itu tiba-tiba berbicara, "dahulu kala aku adalah sebuah pohon yang kuat, akarku menghujam sampai kedasar bumi dan dahan-dahanku menjulang tinggi sampai menembus langit, setiap hari, tidak kurang dari seratus burung hinggap diranting dan pokok diriku, entah itu untuk mencari makan atau hanya sekedar meneduh"
Kenapa sekarang kamu seperti ini "tanyaku"
batang kayu yang sudah lapuk itu mulai mengeluarkan air mata dan tersedu-sedu sambil meneruskan kisahnya, "aku tak pernah menyangka bahwa aku akan berakhir seperti ini, aku hanyalah sebuah batang pohon meskipun diriku kuat tapi aku tetaplah pohon, yang tak bisa bergerak layaknya manusia, ketika air hujan sudah tak turun lagi, lama kelamaan daunku berguguran, ranting-rantingku mulai kering dan badan ku mulai keropos dan termakan oleh ulat"
batang kayu itupun melanjutkan "dahulu ketika aku masih gagah banyak burung dan hewan-hewan hinggap pada diriku, sehingga aku merasa bahagia, nyayian suara merdu burung berkicau dan suara angin sepoi-sepoi menembus pori-poriku sehingga aku menjadi semangat akan tapi lambat laun akupun menjadi tua, kini semua menjauh dariku, aku tau setiap orang ada masanya dan setiap masa ada orangnya, kini aku tinggal menunggu kematian"
sabar, sabar, sabar pak pohon "suaraku dengan lirih menasehati"
sambil berbinar matanya beliau berkata "tidak anak muda, kamu tidak akan merasakan apa yang telah aku rasakan".
batang pohon itu melanjutkan perkataan dengan berapi-api "pergunkanlah masa mudamu dengan baik sebelum datang masa tuamu, pergunakakanlah waktu sehatmu sebelum datang masa sakitmu, pergunakanlah waktu luangmu sebelum datang masa sempitmu, pergunakanlah masa hidupmu sebelum datang masa kematianmu, dan pergunakanlah masa kayamu sebelum datang masa miskinmu".
setelah mengucapkan kalimat terakhir, sebatang kayu lapuk itu tiba-tiba menjelma menjadi bayangan manusia kemudian bayangan itu berjalan mendekatiku secara perlahan-lahan, aku hanya bisa terdiam dan terpaku melihatnya, bayangan itu semakin mendekat kepadaku hingga bayangan itu masuk dalam dalam diriku dan akupun terbangun dari tidurku.
Comments
Post a Comment